Robert Budi Hartono (Bahasa Hokkien: Oei Hwie Tjhong, lahir di Kudus tahun 1941) adalah pemilik dari salah satu perusahaan rokok kretek terbesar di Indonesia, Djarum. Robert adalah anak kedua dari Oei Wie Gwan, pendiri Djarum. Ia adalah orang terkaya ke-10 di Asia Tenggara dan ke-321 di dunia pada tahun 2005 menurut majalah Forbes, dengan kekayaan sebesar 2,3 miliar dolar AS. Sebelumnya, pada tahun 2004, ia berada di posisi ke-8 dengan kekayaan sebesar 2,2 miliar dolar AS. Kakaknya bernama Michael Bambang Hartono alias Oei Hwie Siang.
Pada 23 November 2011, Forbes
merilis daftar orang terkaya di Indonesia, Robert Budi Hartono dan
Michael Hartono menduduki peringkat pertama dengan total kekayaan 14
miliar dollar AS.
Pada bulan Juli 2007, majalah Globe Asia menyatakan Robert sebagai
orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan 4,2 miliar dolar AS atau
sekitar 37,8 triliun rupiah.
Selain Djarum, Robert dan Michael adalah pemegang saham terbesar di Bank Central Asia
(BCA). Mereka berdua melalui Farindo Holding Ltd. menguasai 51 persen
saham BCA. Selain itu, mereka juga memiliki perkebunan sawit seluas
65.000 hektare di Kalimantan Barat sejak tahun 2008, serta sejumlah properti di antaranya pemilik Grand Indonesia dan perusahaan elektronik.
R. Budi Hartono menikahi seorang wanita
bernama Widowati Hartono atau lebih akrab dengan nama Giok Hartono.
Bersamanya, Pemilik PT Djarum ini memiliki tiga orang putra yang
kesemuanya telah menyelesaikan pendidikan. Mereka adalah Victor Hartono,
Martin Hartono, dan Armand Hartono.
Sebagai salah satu orang terkaya
Indonesia, tentunya Anda bertanya-tanya darimana kekayaan yang dimiliki
Robert Budi Hartono. Mari kita mulai dari titik awal Bos Djarum ini
merintis karir.
Djarum Awal dari Semuanya
Bersama kakaknya Michael Hartono, Robert
di usianya yang ke 22 tahun menerima warisan salah satu perusahaan
rokok ternama saat ini, Djarum. Perusahaan Djarum sebelumnya merupakan
usaha kecil yang bernama Djarum Gramophon yang kemudian dibeli oleh ayah
Robert pada tahun 1951 dan mengubah namanya menjadi Djarum. Robert dan
kakaknya menerima warisan ini setelah ayahnya meninggal. Pada saat itu
pabrik perusahaan Djarum baru saja terbakar dan mengalami kondisi yang
tidak stabil. Namun kemudian di tangan dua bersaudara Hartono bisa
bertumbuh menjadi perusahaan raksasa.
Saat ini, Di Amerika Serikat pun
perusahaan rokok ini memilki pangsa pasar yang besar. Dan di negeri
asalnya sendiri, Indonesia, produksi Djarum mencapai 48 milyar batang
pertahun atau 20% dari total produksi nasional. Seiring dengan
pertumbuhannya, perusahaan rokok ini menjelma dari perusahaan rokok
menjadi Group Bisnis yang berinvestasi di berbagai sektor.
R. Budi Hartono dengan Group Djarum yang
dipimpinnya pun melebarkan sayap ke banyak sektor antara lain
perbankan, properti, agrobisnis, elektronik dan multimedia.
Diversifikasi bisnis dan investasi yang dilakukan Group Djarum ini
memperkokoh Imperium Bisnisnya yang berawal di tahun 1951.
Sektor Perbankan
Pada tahun 2007, R. Budi Hartono bersama
kakaknya, Michael Hartono di bawah bendera Group Djarum melebarkan
investasi ke bidang perbankan. Dan menjadi pemegang saham utama,
mengendalikan 51% saham, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang merupakan
salah satu bank terbesar di Indonesia saat ini. Berdasarkan data Bank
Indonesia pada Desember 2011 nilai aset BCA sebesar Rp 380,927 Triliun
(tiga ratus delapan puluh koma sembilan ratus dua puluh tujuh rupiah).
Sektor Properti
Di sektor ini, banyak proyek yang
dijalankan di bawah kendali CEO Djarum ini, R. Budi Hartono, dan yang
paling besar adalah mega proyek Grand Indonesia yang ditantangani pada
tahun 2004 dan selesai pada tahun 2008. Proyek ini mencakup hotel
(renovasi dari Hotel Indonesia), pusat belanja, gedung perkantoran 57
lantai dan apartemen. Total nilai investasinya 1,3 Triliun rupiah.
Sektor Agribisnis
Di sektor Agribisnis, Robert bersama
Michael memiliki perkebunan sawit seluas 65.000 hektar yang terletak di
provinsi Kalimantan Barat dari tahun 2008. Mereka bergerak di bawah
payung Hartono Plantations Indonesia, salah satu bagian dari Group
Djarum.
Sektor Elektronik dan Multimedia
Salah satu bisnis Group Djarum di sektor
ini bergerak di bawah bendera Polytron yang telah beroperasi lebih dari
30 tahun. Perusahaan Polytron ini kini juga memproduksi ponsel yang
sebelumnya hanya meproduksi AC, kulkas, produk video dan audio, dan
dispenser.
Sektor Lainnya
Salah satu sektor bisnis yang baru mulai
berkembang di Indonesia adalah bisnis online. Group Djarum pun tertarik
untuk “menikmatinya” lewat perusahaannya Global Digital Prima Venture.
Bukti Eksistensi Group Djarum
Gedung pencakar langit di kompleks mega
proyek Grand Indonesia diberi nama Menara BCA. Karena bank BCA menjadi
penyewa utamanya dari tahun 2007 hingga 2035. Dengan demikian
tergabunglah lingkungan operasional dua raksasa bisnis Indonesia di
tengah-tengah pusat ibukota yang menjadi bukti keberkuasaan Djarum di
kancah bisnis Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar