Kamis, 04 Oktober 2012

MANAJEMEN PERSEDIAAN


Manajemen persediaan  adalah suatu proses pengolahan resiko yang  terjadi akibat ketidakjelasan antara ketersediaan dengan kebutuhan yang diinginkan. Resiko tersebut munculkan akibat adanya persediaan adalah biaya persediaan, kerusakan barang, kehilangan barang serta space untuk penyimpanan barang. Untuk menjawab resiko tersebutlah,  maka manajemen persediaan diperlukan agar dapat menghitung biaya yang  paling ekonomis      pada  setiap barang yang dibeli (dipesan). Biaya tersebut adalah saling hubungan antara harga bahan baku, biaya penyimpanan yang umunnya dihitung berdasarkan persentase tertentu dari nilai persediaan rata-rata, jumlah bahan baku yang dibutuhkan dalam satu priode misalnya dalam satu tahun, dan biaya pesan.
Perhitungan biaya persediaan yang paling ekonomis yang dikenal dengan istilah  Economic Order Quantity (EOQ).
Keterangan :
R   =  Requirement of raw material, jumlah bahan baku yang dibutuhkan selama suatu periode.
S   =  Set up cost, biaya pesan setiap kali pemesanan.
P   =  Price, harga bahan baku per unit (satuan).
I   = Inventory, biaya penyimpanan persediaan yang umunya dinyatakan dalam  persentase dari nilai rata-rata.  


Contoh soal :
PT. Sang Pemimpi pada awal tahun 2010 menyusun anggaran biaya bahan baku  sebanyak 12.000 unit, anggaran bahan baku per unit Rp.100,- , anggaran biaya pemesan variabel ketiap kali pemesanan Rp. 3.750,- sedangkan biaya penyimpanan variabel dari rata-rata persediaan 10%. Hitunglah jumlah pembelian ekonomis dari data diatas?
Jawab 
Tabel : Perhitungan Biaya Persediaan yang Paling Ekonomis
Keterangan tabel :
       * Rp 300.000   = (6.000 x Rp 100/unit) / 2
       ** Rp 7.500      = 2 kali pesan @ Rp 3.750 per sekali pesan
       *** Rp 30.000  = 10% x  Rp. 300.000 nilai persediaan rata-rata

Dalam pengelolaan persediaan bahan baku, perusahaan harus mempunyai persediaan besi (safety stock) yaitu suatu jumlah persediaan bahan baku yang harus selalu ada dalam gudang untuk menjaga kemungkinan keterlambatannya bahan baku yang dipesan. Disamping itu perusahaan juga harus memperhitungkan penggunaan bahan baku  selama waktu menunggu datangnya bahan baku (lead time). Saling hubung safery stock dengan lead time dapat dihitung titik pemesanan kembali (re-order point).
Misalnya lead time 6 minggu, dan kebutuhan bahan baku tiap minggu 250 unit, dan safery stock ditentukan 10% dari kebutuhan selama lead time, re-order point adalah sebagai berikut :

-       Re-order point (ROP)  = (6 x 250) + 10% (6 X 550)
                                                                                = 1.500 + 150
                                                                                = 1.650 unit

Safery stock juga dapat ditentukan berdasarkan kebutuhan bahan baku dalam beberapa minggu, misalnya dalam  5 minggu, maka :

-       Re-order (ROP)  = (6 x 250) + (5 x 250)
                                                                                = 1.500 + 1.250
                                                                                = 2.750

Yang berhak menentukan besarnya safery stock dan lead time adalah manajer pabrik berdasarkan pengalaman dari waktu ke waktu dan pengnerapkan teori dalam praktek produksi. Pada hakikatnya praktek produksi menentukan teori produksi. Oleh sebab itu walau jenis produksinya sama, prakteknya belum tentu sama, dan teori untuk memecahkan masalah juga tidak sama.

Sumber :
Darsono Prawironegoro & Ari Purwanti. 2009. Akutansi Manajemen Edisi 3. Jakarta : Mitra Wacana Media.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar